Saia rasa kita pernah membahas ini sebelumnya.
Jauh sebelum saia menyadari hal ini akan terjadi.
Anda bilang ini konsekuensi yang harus kita tanggung.
Pernah juga sekali waktu Anda bertanya pada saia:
Apa kamu siap dengan keadaan ini?
Apa kamu siap menutup telingamu atas pembicaraan orang orang di sekeliling yang tertuju pada kita?
Saia balik bertanya:
Apa kamu juga siap?
Aku sudah biasa dengan situasi di sini.
Aku sudah cukup mengenal keadaan.
Aku justru mengkhawatirkan kamu, yang baru masuk dalam lingkungan ini.
:: Kata Anda.
Kalimat Anda secara tidak langsung memaksa saia untuk berdaptasi,
membiasakan diri dengan keadaan.
Saia rasa saia berhasil!
Semua yang dipertanyakan orang orang tentang kita saia masukkan ke kuping kanan, tak lama saia keluarkan lewat kuping kanan juga [bahkan satu kata pun tak sempat menyentuh gendang telinga saia!]
Saia bingung kenapa sekarang jadi Anda yang rapuh?
Padahal dulu Anda yang bilang siap dengan apa saja yang bakal terjadi.
Jangan paksa saia berpikir macam macam tentang ini semua.
Mari kembali tertawa,,
Saia tidak mau Anda lemah.
Itu kan yang tiap hari Anda jejalkan ke kepala saia?!
edyan... isi blogmu...apik..apik
BalasHapuscara menulis dr sudut pandang yg berbeda.
Bangsa Indonesia membutuhkan manusia sepertimu..
GO AHEAD!
ketahuilah, sebenarnya yang rapuh sejak awal adalah dia, dia rapuh karena anda, dia rapuh karena memikirkan semua yang terbaik untuk anda, ya untuk anda seorang. dan saia (ikutan anak gaol nulis saya nya -_-*) tahu, anda lebih dapat bersikap bijak dengan keadaan anda ini
BalasHapusjangan buat dia tambah rapuh, tarik tangannya dan katakan everything will gonna be okay ;)
Terimakasih, Mau Cokelat.. yang tumpah di sini, yang sudah tidak tertampung dikepala...
BalasHapusUsus Panjang, Saia sudah tidak bisa menarik tangannya lagi T.T