Bulan ini musim hujan.
Saia bisa bilang begitu karena belakangan, sering hujan.
Sesekali kita menghabiskan waktu bersama.
Bersama hujan yang menitik di ujung jari jari kita: di tepi jalan raya.
Be Es, saia rindu menghabiskan waktu bersama Anda
hanya untuk menceritakan masa kecil kita yang berbeda satu sama lain.
Saia tinggal di kota, Be Es.
Tak kenal tutut yang Anda ceritakan telah Anda bakar dan nikmati bersama teman teman Anda selepas bermain hujan di tengah sawah.
Anda ribuan kilometer dari tempat saia menghabiskan waktu duduk dikamar dan beradu pikir pada video game yang dibelikan Bapak saat kenaikan kelas.
Anda bercerita, pikiran Anda menerawang ke masa kanak kanak Anda dulu.
Anda bercerita, pikiran saia menerawang ke masa depan tentang apakah kita masih akan bercerita seakrab ini nanti.
Kita bercerita, dengan gigi gemeretak menahan dingin hujan diluar jendela ruang tamu rumahku.
Seperti dua orang renta yang sedang bertukar cerita.
Saia suguhkan secangkir kopi panas dan kita semakin liar bercerita.
Lebam ini belum hilang Be Es.
Semenjak saia putuskan untuk membencimu sampai ke sumsum tulang.
[semenjak kita berdua memutuskan untuk hilang]
Tapi gemeretak gigi kita, dan hujan yang membasahi jari jari kita waktu hujan sore itu mengibaskan semuanya.
Saia tidak mampu menipu hati saia.
Saia masih mau mendengar cerita Anda
Padahal lebam ini belum lagi hilang.
Seperti saia siap saja menerima lebam selanjutnya.
Be Es... Be Es...
Anda benar benar membuat saia gila,
Gila untuk bercerita!
pinjem punggungnya dude herlino aja... hehe
BalasHapusGak enak,, punggungnya kurang bidang... :D
BalasHapuspapan tulis aja brarti...
BalasHapusLebih baik bersandar di papan tulis om,, mungkin bisa meninggalkan jejak yang bisa dipelajari oleh banyak orang.... :)
BalasHapus