Senin, 31 Mei 2010

Akses pulang terdekat di blokir, Bung!

Woooosssshhhhaaaaaaaahhh.....!

Saya pulang jam 4 sore dari kantor, tapi hangout dulu mumpung baru gajian [baca: beli perlengkapan bayi untuk sepupu baru *ngok!]

Sampai lah jam 19.45 di ST. UI, mengingat ada yang harus saia transfer, saya ke ATM Mandiri terdekat. Clingak clinguk, endus endus, sepertinya kehadiran bis kuning masih lama. Saya putuskan jalan sedikit ke arah Fakultas Psikologi. Nyebrang: wussssss... Bis kuning melintas! panik! takut itu adalah bis kuning terakhir *atau saya harus menunggu 3 tahun lagi.

-Kok sepi? kok gak ada lagi mobil yang melintas?-

Masuk area ATM: ngantri. Mungkin ada sekitar 135 juta orang, antreannya panjang sampai simpang Gadog. Sementara menunggu saya putuskan untuk ikut tes CPNS.

Dag.. dig.. dug.. tanda tak sabar menunggu antrean yang tinggal 2 orang lagi.
Satu orang keluar dari pintu sebelah kanan.. pintu ditariiiiik... kemudian dilepas! Dug! Terpental lha orang yang ngantri di balik pintu. Untung bukan saya, korbannya desainer amatiran yang berat badannya pas pasan, jidat saya jadi tumbal -.-'. Terombang ambing mengikuti arah gerak pintu.

Transfer berhasil! Alhamdulillah.

Petantang petenteng ke arah halte.

"De, tolong jemput gua di Psikologi aja."
"Duh gua udah di Teknik kak, kagak bisa masuk. Jalan diblokir semua!"

clingak clinguk, hening. JALAN DIBOLKIR DARITADI DAN SAYA TIDAK SADAR!!!! PANTAS SAJA SEPI SEKALI!!

Wussssss.... Bis kuning lewat dari arah stasiun ke arah fakultas hukum. terengah engah mengejar tapi apa daya. Dia lebih cepat daripada masa jadian saia dengan Ryan Pradana ?*ngok!.

Balik lagi ke halte. Berharap ada Fedi Nuril [maksudnya tukang ojek] lewat.
tik. tok. tik. tok.

Fedi Nuril tak kunjung lewat.

Saya gamang. Saya Frustasi. Saya berpikir akan bermalam di halte psikologi sampai besok pagi. Saya harus makan malam dengan daun pohon karet. Tidur dengan kertas poster "Kosan murah daerah Kukel. RP 100.000/3 bulan. Kamar mandi di dalam. Kamar tidur di luar". Dan yang paling menyedihkan, saya tidak membawa TV untuk menonton Cinta Fitri! Sial!

Masih dalam keadaan gamang dan tak tentu arah. Pundak terasa berat sebelah *ternyata memang saia menyandang tas hanya di bahu sebelah kanan. Sang tukang ojek datang. Mata saya berbinar: saya pulang ibu! Saya pulang Shireeen Sungkar!

Saya terasa hidup kembali...
Terimakasih om tukang ojek yang motor supranya terasa senyaman Ducati saat saya naiki malam ini. Kelak jika saya menikah dengan Fedi Nuril, saya akan mencari rumah anda untuk mengantarkan undangan.


Sabtu, 29 Mei 2010

Kepada sang ikhlas hati

Wallahi saya bergidik ketika melihat sekumpulan relawan kemanusiaan dari berbagai dunia berkumpul dan membulatkan niat untuk membaktikan diri kepada masyarakat Palestina.
Perahu itu hanya 8 buah kawan! Kapal-kapal besar Israel bahkan sudah disiapkan untuk menghalau kedatangan mereka.
Tapi kekuatan niat mereka melebihi luas 8 benua!
Allah telah memilih orang orang ini untuk menjadi pahlawan.

Saya memang tidak tau banyak tentang Palestin, tentang Israel, tentang kejahatan perang, tentang perebutan wilayah.

Yang saya tau saudara saudara saya butuh bantuan.
Dan relawan relawan itu menangkap sinyal jeritan mereka dengan sangat baik.

Seorang relawan berkata sambil tersenyum: Insya Allah semuanya sudah beres. Saya sudah membuat wasiat kalau kalau sesuatu terjadi pada saya nanti. Kelak tidak ada yang perlu diributkan. Insya Allah.

*Mbak! Mbak sudah di laut Syprus. Dan Mbak masih bisa tersenyum ikhlas. Subhanallah.

Saya hanya baru bisa mendoakan: kalian para relawan dan saudara saudara saya di Palestin.
Percaya lah Allah tidak pernah meninggalkan kita sendiri.
Semoga Allah menjaga kalian dan menjaga ke ikhlasan hati kalian.
Semoga Allah melindungi tiap tiap langkah kalian.

Kepada sang ikhlas hati, bawa kabar gembira untuk kami di rumah.

Antara Depok dan Pulau Tidung

Pak, pulau kita yang mana?
Pasti itu yang saya teriakkan setiap kali perahu kecil yang saya tumpangi bersama Bapak mendekat ke pulau pulau kecil di bagian utara Jakarta.

Masih satu jam lagi baru kelihatan. Itu masih pulau Pramuka.

Saya selalu bergairah setiap kali Bapak mengajak saya pulang ke pulau Tidung.
Saya selalu terbayang, nanti malam makan ikan bakar buatan Mbah.
Nanti malam makan kepiting rebus hasil tangkapan Mbah.
Ya, Mbah saya nelayan laut lepas.

Beliau sangat jarang pulang ke pulau tidung.
Setahun sekali mungkin.
Dan Bapak tidak pernah sudi melewatkan momen libur Idul Fitri tanpa pulang ke Pulau Tidung.

Pulang saat lebaran berarti berkumpul sempurna dengan semua keluarga.
Keluarga Bapak yang kebanyakan nelayan lepas.
Yang kebanyakan berada di perbatasan negara.
Yang kebanyakan hanya punya waktu sesekali untuk pulang.

Besok paginya saya pasti dibonceng Mbah ke arah selatan pulau dengan sepeda ontel tua miliknya.
Mbah lantas memanjat pohon kelapa dipinggir pantai dan mengupasnya untuk saya.

Ndu, pohon kelapa ini kuat. Dia diempas angin tapi masih bisa berdiri tegak.
Ndu, pohon ini bisa hidup dimana saja.
Ndu, kelak kau harus sekuat ini.

Kata Mbah pada saya.
Itu terus yang Beliau katakan sampai saia hapal.

Saya terlepas Mbah, saya belum bisa setegar batang pohon kelapa.
Saya masih nyiurnya Mbah.

Mbah bicara soal tegar setelah itu Mbah pergi.
Mbah bicara soal kokoh setelah itu Mbah pergi.
Mbah bicara soal kuat setelah itu Mbah pergi.

Saya masih mau menebak pulau Mbah.
Saya belum hapal Pulau kita, pulau yang keberapa setelah Pulau Pramuka.
Saya masih mau menghapal ejawantah Mbah.
Sepeda Mbah belum sempat saya beri oli, Mbah.
Mbah kadung pergi.

Saya terlepas Mbah,,
Mbah belum sempat melihat saya dewasa.

*Mbah, ceritakan saya tentang pohon kelapa di surga.

Kamis, 27 Mei 2010

Buku VS Selera Pasar

Setelah cukup lama kenalan dengan dunia percetakan dan perbukuan, saya seperti menyadari *atau mengambil kesimpulan sendiri, ada yang salah dengan paradigma perbukuan.
Saya pikir, manusia akan memerlukan buku [dalam hal ni, buku dapat dikategorikan sebagai kebutuhan]. Tapi makin kesini, sepertinya buku yang susah payah mencari pembaca.

Teringat saat beberapa waktu lalu, cukup lama juga, saya freelance di salah satu penerbit buku sebagai desainer grafis. Di kampus saya ditelpon oleh yang empunya penerbitan:
Mbak Poetry, penulisnya sudah memilih salah satu thumbnail dari desain kamu. Bisa tolong dieksekusi lebih dalam lagi? Terus saya mau visualnya diganti. Itu visualnya kurang gimana gitu. [maaf saya tidak bisa menyebutkan judul bukunya]

Saya pikir semua visual merupakan sebuah simbolisasi. Tidak harus kan novel percintaan mencantumkan gambar hati di dalamnya. Atau paling tidak, gambar hatinya tidak perlu berwarna merah kan?

Tapi yang empunya penerbitan ngotot untuk mengganti visual yang telah saya buat dengan visual yang ada dalam benaknya *meskipun saya tidak tau benar apa yang ada dalam benaknya.
Dia bilang: pasar suka visual yang seperti ini, mereka akan tertarik dengan gambar gambar seperti ini.

Sadar atau tidak sadar, isi buku dan segala macam penyertanya "harus mengikuti selera pasar".
Buku jadi harus bekerja keras mencari cari pembaca. Pembaca suka warna pink, maka buku itu harus berwarna pink.

Secara kontinyu, selera pasar *baik dari segi materi atau selera visual, diam ditempat.
Saya salut dengan penerbit penerbit yang mau melangkahi rule itu dan menciptakan selera pasar sendiri. Saya tau itu gambling: dan mereka berhasil!

Paling tidak mereka menciptakan sejarah, mengedukasi selera masyarakat, dan tidak diperbudak oleh pasar.

Rabu, 26 Mei 2010

Skandal Cinta di Ruang Sebelah

Saya pikir gerombolan ibu ibu di sebelah saya ngobrol sampai nyimprat. Ternyata tampias hujan yang mampir ke muka saya. Ya, saya pulang naik angkutan umum malam ini.
Mereka ngobrol begitu serunya,,


-Jadi ingat tadi di kantor, facebook teman gue profil picture-nya foto dia sama cewek. Manipulasi sih, fotonya beda tempat tapi dicrop terus di deketin. Padahal dia udah punya istri, istrinya cantik lagi. Tapi tau gak, dia sering pulang bareng sama cewek lain, anak gedung sebelah. Tu cewek juga udah punya anak dua. Apa gak malu ya kalo ketauan orang orang. Meskipun alibinya macem macem, tetep aja lah risih. Ya gak?

Ah tapi temen temen kantor juga pada ngehasut yang macem macem ke dia, pada bilang: yaudah sih, lo kawin lagi aja. Lagian bini lo gak cocok deh sama lo.
Jadilah makin geblek aja mereka berdua. Makin heboh deh pacarannya.

Terakhir gue liat mereka makan bareng. Itu istrinya apa gak tau ya kalo dia ada maen sama temen kantornya? Lagian istrinya emang gak pernah ngecek facebook apa?

Ah tadi juga mereka pulang bareng lagi. Tau deh ngayab kemana dulu... Paling pulang telat, ngakunya lembur ke istrinya.

Tau tuh...
Iya nih...
Parah banget-


[Samlikum,, duh capek banget nih Bu. Pulang malem, keujanan terus.

Waalaikum salam,
Lembur? Keujanan ya Yah? Ibu masakin air buat mandi ya.
Besok kalo lembur lagi terus masih hujan, Ayah neduh di kantor aja dulu...]


---------------

Senin, 24 Mei 2010

Tanggal Tua, Kata Ibu

:: satu satunya yang membuat aku merasa celaka, hina dan tanpa daya, adalah saat saat aku tidak berdaya tanpa uang. saat seperti itu rasanya aku ingin menjadi seekor sapi yang bisa membuat telaga di matanya yang hening. ::
kata Afrizal Malna saat menyumbang kata pada "dive into", milik perupa Hanafi.

Ternyata benar, saya merasa hina saat ini.
Uang duapuluh ribu rupiah yang tinggal di tas [bahkan saya tidak tega meletakkannya di dalam dompet] harus dipertahankan sampai akhir bulan. ya akhir bulan. padahal sekarang masih tanggal 24.

Saya tidak tau dengan cara apa saya "menghidupi" diri saya sendiri selama seminggu lagi.
Saya hina.
Saya hina.
Saya hina.

Saya tidak hina!

Saya masih punya duapuluh ribu untuk seminggu ke depan.
Sementara orang yang tadi saya lihat di jalan hanya punya kardus basah untuk alas tidurnya nanti malam.

Saya masih punya ibu, walaupun ibu bilang: ini tanggal tua nak. ibu tidak bisa masak rendang.
orang itu hanya punya karung, dijinjing ditangan kirinya. entah untuk apa.

Saya tidak hina!

Minggu, 23 Mei 2010

Mengintip Hati Sendiri

Kekaguman ini berubah jadi kecintaan.
Bukan Cinta seperti Romeo dan Juliet.
Atau Samson dan Delailah.

Ini lebih seperti Popeye dan bayamnya.

Ah!! saya tidak pernah mengerti!

Saya harus seperti ini setiap hari ini:
Tersenyum pagi pagi sambil menyeruput kopi.
Melepas pandangan keseluruh ruang kantor hanya untuk memastikan anda ada.
Berantakan setiap saya tau anda ada!!

Sial. Saya tidak bisa mengendalikan ini.
Saya pikir ada yang salah dengan sistem kerja otak saya.
Otak saya bilang, dia baik2 saja.

Lalu apa yang salah?
Saya coba mengintip hati saya.
Ah! dia masih berantakan karena tadi terlalu keras bekerja.
Berantakan setiap anda lewat di depan meja kerja saya.

Saya pikir saya jatuh cinta.
[NORAK! anda pasti ingin berteriak seperti itu di depan muka saya.]
Anda pikir saya mau senorak ini.

saya pikir saya jatuh cinta.
Cinta Popeye pada bayamnya.

Sasmoro Dahana

Blog ini saya buat bukan karena saya ingin dibilang anak gaul, atau hanya sekedar iseng.
saya juga sudah punya blog sebelumnya tapi namanya terlalu sulit untuk diingat.

Sasmoro Dahana
atau Asmoro Dahana
atau Asmara Dahana
adalah nyanyian cinta.

Jadi blog ini berisi lagu2 cinta,,
hahaa..
bukan bukan..
blog ini hanya coretan kata yang [kadang] bermakna.

Simak saja lah...