Senin, 06 Juni 2011

Senja Berpelangi


Kau masih ingat Matahari,

surat yang aku bilang "tidak pernah terkirim"

Kali ini aku bulatkan untuk mengirimnya

: ke bawah bantal


Surat itu kuwangikan senyummu

Kuhiasi parau suaramu

Kupendam jauh di bawah bantal.

Bukan untuk menimbunmu dengan berbagai mimpi

Tapi ingin merangsekkan pucukmu ke dalamnya


Surat itu kian hari bertambah padat

Kusesaki dengan kalimat puja puji tentangmu

Dari pagi, siang, senja, malam, pagi

Sampai senja lagi yang berpelangi.


Kuingat sore itu kau mendungi aku

dengan selaksa murung

setelah kita dihujani sangka sangka buruk

pada kita sendiri


Aku berusaha bicara

cari setitik baik

dan berbagai pembelaan

tapi kau tidak percaya


Apalagi yang bisa kulakukan

pada hujan yang semakin deras

aku pikir aku hanya butuh diam


Hujan hampir tidak pernah berbohong

Kecuali waktu tiga malam lalu saat reda,

malah awan hitam yang menutupi


Reda memang harus ditunggu, dinanti

hingga datang pelangi

itu Tuhan, dan hujan punya janji


Surat itu kugambari Pelangi