Kau masih ingat Matahari,
surat yang aku bilang "tidak pernah terkirim"
Kali ini aku bulatkan untuk mengirimnya
: ke bawah bantal
Surat itu kuwangikan senyummu
Kuhiasi parau suaramu
Kupendam jauh di bawah bantal.
Bukan untuk menimbunmu dengan berbagai mimpi
Tapi ingin merangsekkan pucukmu ke dalamnya
Surat itu kian hari bertambah padat
Kusesaki dengan kalimat puja puji tentangmu
Dari pagi, siang, senja, malam, pagi
Sampai senja lagi yang berpelangi.
Kuingat sore itu kau mendungi aku
dengan selaksa murung
setelah kita dihujani sangka sangka buruk
pada kita sendiri
Aku berusaha bicara
cari setitik baik
dan berbagai pembelaan
tapi kau tidak percaya
Apalagi yang bisa kulakukan
pada hujan yang semakin deras
aku pikir aku hanya butuh diam
Hujan hampir tidak pernah berbohong
Kecuali waktu tiga malam lalu saat reda,
malah awan hitam yang menutupi
Reda memang harus ditunggu, dinanti
hingga datang pelangi
itu Tuhan, dan hujan punya janji
Surat itu kugambari Pelangi