Senin, 25 Oktober 2010

Pelukis Senja

Sumpah! [tanpa berani bersumpah atas nama Tuhan]

Saya masih saja terpaku pada gerit garis senja

samar di ujung mata


Saya pandangi lekat tiap jingganya

Saya serampahi tiap syahdu tenangnya

Saya iri

pada senja yang memerah membentuk legam malam


Merah padam itu menggelap

Meredam semua marah jadi senyap

Hanya bisa mengumpat dalam hati

Lagi lagi menyerampahi diri sendiri

Merah yang harus menunda marahnya karena gelap


Kaupun begitu,

Meredam merah saya yang hampir keluar

tidak pernah mampu saya merahi

Keburu kau gelapi



Jadi saya dongkol sendiri!



Diskusi Cinta


Orang disebelah kanan saya membicarakan cinta

Disebelah kiri saya juga

Depan

Belakang

Seolah mereka paling mengerti tentang cinta



Persetan!



Cinta bahkan tidak ada dalam mata kuliah statistik!

Tidak masuk dalam kriteria logis

Tidak bisa dibuktikan kebenarannya



Lalu apa landasan orang mebicarakan cinta [di depan saya]

Saya [sama sekali] tidak suka

Sesuatu yang tanpa logika

Tanpa perhitungan matang

Tanpa rumus rumus ilmiah

Definisikan saja sendiri tentang cinta

Saya tidak mau dengar



Saya cuma tau saya cinta pada Tuhan

Saya cinta pada Ibu

Pekerjaan

Keluarga dan teman teman saya


Saya cinta...


Saya cinta..


Saya cinta.


Saya cinta


Saya cinta?


Saya cinta!


Ya, saya cinta!


Lalu apa yang mau saya jabarkan tentang cinta?

Barusan saya bilang cinta tidak logis


Ternyata memang benar

Cinta bukan rumus matematika [atau statistik, saya menyebutnya]


Tidak perlu serumit itu lah

Cinta itu hakikat

Dan terlalu naif jika dikaitkan dengan hitung hitungan ilmiah


Cuma bisa dirasa

Dijabarkan sendiri saja

Isi kepala kita beda beda

Hati juga

Cinta juga


Mari mencinta

*tanpa harus ngotot tau arti terdalamnya