Jumat, 10 September 2010

The Special One: La Razsati

Hari ini sempurna sekali: Lebaran!
Rumah saia penuh sesak berjubel anak, menantu, dan cucu Mbah Putri.
Saia memang tinggal bersama Mbah.
Sama seperti tahun tahun lalu.
Tapi ada satu yang membuat lebaran tahun ini terasa lebih spesial dari tahun tahun lalu.

:: La Razsati

Anak ini lucu,, wajahnya kecinaan.
Berbeda dengan anggota keluarga Mbah Putri yang lain: India atau Arab.
Mungkin ikut wajah ayahnya.
Ya, ayahnya masih orang Jawa, Surabaya.
Tapi memang agak oriental.

Anak ini jadi anugrah tersendiri buat keluarga besar kami.
Betapa tidak, Laras adalah anak pertama dari cucu Mbah Putri yang paling tua.
Laras Cicit Mbah, Mbah Uyut Laras.

Terlihat Mbah memandangi Laras bersembunyi di balik punggung ibunya ketika kami: tante dan omnya menggoda dia.
[Saia rasa Mbah ingin, tapi sudah tidak kuat menggendong Laras]
Mungkin kalau boleh dan kalau benar, saia jabarkan
Mbah sangat bersyukur masih bisa melihat cicitnya.
Tidak semua orang bisa berkesempatan melihat cicit mereka seperti Mbah.

Mbah pasti sangat bersyukur, dan berterimakasih atas kesempatan yang diberikan Tuhan saat ini.
Tapi saia tidak kalah bersyukur pada Tuhan [dan pada La Razsati] karena telah memberi kesempatan pada saia untuk menikmati senyum Mbah yang megah Lebaran ini.

Dalam hati saia berdoa:
Mbah, temani saia Lebaran tahun depan.
Doakan saia bisa mempersembahkan sesuatu yang bisa membuat senyum Mbah mengembang seindah ini lagi.
Atau paling tidak, biarkan saia melihat senyum Mbah lagi saat La Razsati sudah bisa naik sepeda sendiri.


Terimakasih Tuhan, Terimakasih Mbah, Terimakasih La Razsati